Sabtu, 05 Mei 2012

LAPORAN PENDAHULUAN PLASENTA PREVIA

1.1 Definisi

• Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365)
• Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.
(Helen Varney. 2007. hal 641)

1.2 Etiologi

• Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. 367)
• Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bias ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri.
3. Kuretasi yang berulang.
4. Umur lanjut.
5. Bekas seksio sesarea.
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakaian kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).
• Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostiumuteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi plasenta yang besar dari yang luas, seperti pada eritroblastis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple.

(Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. hal 85 – 86)

1.3 Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta, dan Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut Plasenta letak rendah. Pinggir plasenta berada kira – kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi seperti ini akan terjadi dengan penanganan yang baik.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365 – 366)

1.4 Tanda dan Gejala

Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi tiba – tiba dan tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita yang tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga, harus dicurigai mengalami plasenta previa. Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim.
(Helen Varney. 2007. hal 642)

Gejala – gejala

1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh :
a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Keterangannya sebagai berikut :
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang – ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plsenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
(FKUP. 2005. hal 86)
4. Perdarahan berulang.
5. Warna perdarahan merah segar
6. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
7. Timbulnya perlahan-lahan.
8. Waktu terjadinya saat hamil
9. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
10. Denyut jantung janin ada
11. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
12. Presentasi mungkin abnormal. (www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
1.5 Patofisiologi

1. Proses patologi tampaknya berhubungan dengan kondisi – kondisi yang
mengubah fungsi normal desidua uterus dan vaskularisasinya.
2. Perdarahan yang terjadi akibat robekan vili plasenta dari dinding uterus karena
kontraksi dan dilatasi segmen bawah uterus,dapat terjadi ringan atau berat.
( Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir,E/3.2005.hal.250 )

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran SBR dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarikan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
( Kapita Selekta Kedokteran.2005.hal.276 )

1.6 Gambaran Klinis

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyak daripada sebelumnya,apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga , akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu SBR telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, SBR akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada SBR, pelebaran SBR dan pembukaan serviks tidak dapat di ikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam – hitaman. Sumber Perdarahanan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot SBR untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang terletak normal. Makin rendah letak plsenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.
Turunnya bagian terbawah janin ke dalam PAP akan terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan didapatkan belum masuk PAP yang mungkin karena plasenta previa sentralis: mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis : menonjol diatas simpisis karena plasenta previa posterior : atau bagian terbawahh janin sukar di tentukan karena plasenta previa anterior. Tidak Jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Nasib janin tergantung dari banyaknya perdarahan dan tuanya kehamilan pada waktu persalinan. Perdarahan mungkin masih dapat diatasi dengan transfusi darah, akan tetapi persalinan terpaksa diselesaikan dengan janin yang masih premature tidak selalu dapat dihindarkan.
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir, perdarahan postpartum sering kali terjadi karena kekurang- mampuan serabut otot SBR untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas insersio plasenta atau karena perlukaan serviks dan SBR yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah besar , yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung per vaginam.
( Sarwono Prawiroharjo.2007.hal.360 – 361 )

1.7 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Ultasonografi ( USG )
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi palsenta terhadap ostium
 Bila tidak dijumpai plasenta previa, lakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain ( serviks, fornik, atau dinding vagina ).
(Sarwono Prawiroharjo.2006.163 – 164)
 USG: Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
(Sarwono Prawiroharjo.2007.hal.369)
 Pemeriksaan darah : Hemoglobin dan hematokrit
( Kapita Selekta Kedokteran. 2006. 277 )


1.8 Diagnosa

 Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang. Klinis kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
 Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi segera.
 Diagnosis palsenta previa ( dengan perdarahan sedikit ) yang terapi ekspektatif ditegakkan dengan pemeriksaan USG.
( Obstetri Patologi.Unpad.2005.hal 87 – 88 )
• Anamnesis. Pedarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat di nilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar
Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan sebagainya
- Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijupai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
• Pemeriksaan dengan Alat
- Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
- Pemeriksaan USG
1. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 % identifikasi plasenta previa
2. Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan plasenta perkreta .
( www.debyblogspot.com/plasenta previa )

1.9 Penatalaksanaan

1.Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit

2. Pemantauan tanda – tanda vital.
(Buku saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir,Ed.5.2006.hal.60 )
3. Terapi, Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
o Ekspektatif : Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar banginya kecil sekali.
o Syarat terapi ini : - keadaan ibu dan anak masih baik ( Hb- nya normal )
- Perdarahan tidak banyak.
(Obstetri Patologi.Unpad.2005.hal.89 )

- kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit.
- Belum ada tanda – tanda inpartu.
(www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
Pada terapi ini, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan letak plasenta.Pemberian antibiotic mengingat kemungkinan terjadi infeksi yang besar akibat perdarahandan tindaka – tidakan intrauterine serta diberikan Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
o Terminasi : Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, miksalnya : kehamilan cukup bulan, perdaraha banyak,parturien, dan anak mati.Dengan cara :

-Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan seksio sesarea :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar.

- Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
- Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin
- Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
- Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikejakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.

( Obstetri patologi.FKUP.2005.hal.88 – 91 )

1.10 Komplikasi
 Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,anemia karena perdarahan, plasentitis, endometritis pascasalin.
 Pada Janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti asfiksia berat.
( Kapita Selekta Kedokteran 1.2005.hal.277 )
 Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta implantasi terlalu dalam dan kuat pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan plasenta saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya. (www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
 Bahaya untuk ibu pada plasenta previa, yaitu :
- Syok hipovolemik
- Infeksi – sepsis
- Emboli udara ( jarang )
- Kelainan Koagulopati sampai syok
- Kematian
 Bahaya untuk anak, yaitu :
- Hipoksia
- Anemi
- Gawat janin
( FKUP.2005.hal 86 -87)

1.11 Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali,atau tidak sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945 , kematian perinatal berangsur – angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.
Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu , yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah air kita,sehingga beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan oleh dunia kebidanan mutakhir masih terpaksa dipakai juga seperti pemasangan cunam Wiilett , dan versi Braxton – Hicks. Tindakan – tindakan ini juga sekurang – kurangnya masih dianggap penting untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitasseksio sesarea belum ada. Dengan demikian tindakan – tindakan itu lebih banyak ditujukan demi keselamatan ibu daripada janinnya.


ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PLASENTA PREVIA


I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Biodata
Umur : - Plasenta Previa paling banyak terjadi pada wanita hamil usia lebih dari 35 tahun.
( Helen Varney. 2007.hal.641)
- Frekuensi Plasenta Previa pada primigravida yang berusia lebih dari 35 tahun kira – kira 10 kali lebih sering dibanding primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun.
- Pada Grandemulti yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 4 kali lebih sering di banding dengan grandemulti yang berusia kurang dari 25 tahun.
( Sarwono Prawiroharjo.2007.hal 369)

Gejala :
- Perdarahan bersifat berulang
- Tanpa rasa nyeri ,darah merah segar
Perdarahan hanya bercak / ringan dan berhenti secara spontan,terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu.
- Perdarahan biasanya terjadi saat bangun tidur.
( sarwono Prawiroharjo. 2006.hal.162 -163 )
- Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berberda dengan abortus.
( Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.2005.hal.86)

Riwayat Kesehatan :
- Plasenta Previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan luas , seperti pada eritroblastocis, Diabetus Melitus atau Kehamilan Multipel.
( FKU Padjadjaran.2005.hal. 85 – 86 )
Perilaku Kesehatan :
- Dapat terjadi pada perokok berat ( lebih dari 20 batang perhari )
(FKU Padjdjaran.2005.hal. 85 )


B. Data Objektif

 Pemeriksaan Fisik
- Kaji tanda – tanda syok jika ada perdarahan
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan Frekuensi nadi
- Kulit berkeringat dingin
- Muka pucat
( Asuhan Keperawatan Ibu – Bayi. IKAPI.2006.hal.60 )

 Inspeksi
- Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
- Pada perdarahan yang banyak, ibu tampak anemis.


 Palpasi :
- Bagian terendah janin biasanya belum masuk PAP , ada kelainan letak janin.
( Kapita Selekta 1. 2005. 277 )
- Abdomen lembek , tidak keras, relaksasi diantara kontraksi (jika ada )
( Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.2005.251 )
- dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
( www.debyblogspot.com/plasenta previa )

 Pemeriksaan Inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri internum
 PDMO: - Perabaan Fornik.Hanya bermakna bila janin presentasi kepala
- Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan fornik dicurigai adanya plasenta previa.
 Pemerikasaan Penunjang :
- USG untuk diagnosis pasti, yaitua menentukan letak plasenta.
- Pemeriksaan darah : hemoglobin,hematokrit.

( Kapita Selekta 1.2005. 277 )



II. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
• DIAGNOSA : Plasenta Previa
• MASALAH : - Anemis
- persalinan Prematur

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

1. DIAGNOSA POTENSIAL :- Syok Hipovolemik
- Plasentitis
- Endometritis Pascapersalinan
( Kapita Selekta 1.2005.277 )
2.MASALAH POTENSIAL : - Anemia akibat perdarahan
-nyeri perut bawah, dispareunia,nyeri haid akibat endometritis.
-Gawat Janin ( Asfiksi Berat )
(Ilmu Kandungan.2005.hal.318)
-Plasenta Akreta

IV. KEBUTUHAN :
 Dukungan emosional untuk memfasilitasi proses berduka jika diperlukan.
 Informasi / penyuluhan klien dan keluarga
(Keperawatan Ibu – Bayi baru lahir.2005.hal.252 )

V. TUJUAN
- Menjaga kehamilan sampai cukup bulan.
- Menjaga kondisi janin agar tetap baik sampai aterm.


VI. KRITERIA HASIL

1. Keadaan umum ibu dan janin baik sampai usia kehamilan aterm
2. Anemia dapat teratasi.
3. Ibu dapat melahirkan dengan lancar tanpa komplikasi.




VII. INTERVENSI VIII. RASIONAL
1. Pemantauan keadaan ibu dan janin secara terus menerus



2. Perawatan koservatif
- Tirah baring / istirahat


-Pemberian hematinik dan spasmolitik
untuk mengatasi anemia
-Memberikan antibiotik bila ada indikasi.

-Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit

(www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)



3. Pemberian cairan IV atau transfusi darah.




4. Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan terapi :
- Terminasi
• Seksio Sesarea





• Amniotomi dan Akselerasi
• Versi Braxton Hicks
• Traksi dengan Cunam Willett

- Ekspektatif


5.Pemberian informasi kepada klien dan keluarga.







6. Memenuhi kebutuhan Emosional dan psikologi klien. - Pemantauan dilakukan untuk mengetahui kodisi ibu dan janin.
(Asuhan Keperawatan Ibu Bayi.2006.hal.61 )

- Meminimalkan resiko pada janin
( Keperawatan Ibu – BBL.2005.hal.251)
- Mengatasi anemia

- Mencegah adanya infeksi baru

- Memantau Kondisi ibu dan janin

- Melihat letak plasenta.


- Mengatasi syok pada ibu akibat perdarahan.
- Mengatasi anemia.
( Asuhan Keperawatan Ibu – bayi.2006.hal 61 )





- Mempersingkat lamanya perdarahan.
- Mengosongkan rahim dan menghentikan perdarahan.
( Obstetri- Patologi.2005.hal.88 )
- Menghentikan perdarahan



- Maturasi janin

(Obstetri – Patologi.2005.hal.88 )
- Pemberian informasi kepada klien dan keluarga di maksudkan agar mereka mengetahui hal – hal yang harus dilakukan saat terjadi perdarahan serta kondisi yang dialami klien.

- Mengurangi rasa cemas dan takut pada klien.

(Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir,E/3.2005.hal.251 – 252 )



IX. IMPLEMENTASI

1. Memeriksa tanda – tanda vital , tanda perdarahan dan memantau DJJ.
2. Menganjurkan ibu untuk Tirah baring.
3. Memberikan cairan IV atau transfusi darah sesuai kebutuhan.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan terapi
- Terminasi : - Cara Vaginal : Melakukan tekanan pada plasenta yang dengan demikian menutup pembuluh – pembuluh darah yang terbuka. ( tamponade pada plasenta ).
- Melakukan seksio sesarea : Mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
- Melakukan Terapi Ekspektatif
5. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga:
• Menjelaskan kondisi klien kepada klien sendiri dan keluarga.
• Memberitahu ibu tentang kebersihan diri.
• Memberitahu keluarga agar selalu siaga terhadap kondisi ibu.
• Meminta keluarga untuk menyiapkan hal – hal yang akan diperlukan ibu nantinya.

6. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga.

X. EVALUASI

1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat di deteksi dengan tepat , serta terapi mulai di berikan.
2. Ibu dan bayinya menjalani persalinan dan kelahiran yang aman.

( Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir 5.2006.hal.62 )


DAFTAR PUSTAKA



• FKUI. 2005.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
• Ladewig, Patricia W. 2006.Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi BAru Lahir,Ed.5.Jakarta :EGC
• Prawiroharjo,Sarwono.2006.Ilmu Kandungan.Jakarta : YBP - SP
• Prawiroharjo,Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :YBP – SP
• Prawiroharjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
• Stright,Barbara R.2005.Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir.E / 5.Jakarta : EGC
• Varney,Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed.4 Vol.1.Jakarta : EGC

1 komentar:

  1. Mbk ririn..mksih recomnya utk lp askebnya yy...sgt brguna bgt {} :**

    BalasHapus