Selasa, 08 Mei 2012

Apa itu Kehamilan Sunsang dan Bagaimana Mengatasinya?


DokterSehat.com – Posisi setiap bayi dalam rahim ibu bisa tidak bisa sama. Memang pada umumnya, posisi bayi dalam rahim adalah posisi terbaring telungkup denag punggung di bagian depan atau Left Occipito Anterior (LOA). Selain posisi tersebut, biasa pula jika bayi berbaring dengan punggung menghadap ke sisi kiri. Lalu, bagaimana jika posisi bayi sungsang?

Menurut Richard Fischer, MD, dari Departement of Obstetrics and Gynecology, Section of Maternal-Fetal Meidicine, Cooper Hospital/University Medical Center, ada beberapa posisi bayi sungsang. Posisi itu adalah presentasi bokong. Artinya, pada pemeriksaan dalam yang teraba hanya bokong bayi saja. Posisi itu terjadi karena janin meluruskan (ekstensi) kedua sendi lututnya, sehingga kedua kaki mengarah ke atas dan kedua ujungnya sejajar dengan bahu atau kepala. Posisi sungsang berikutnya adalah presentasi bokong teraba dengan satu kaki di sampingnya, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Posisi sungsang berikutnya adalah presentasi kaki. Saat pemeriksaan yang teraba lebih dulu adalah salah satu atau kedua kaki, karena posisi kaki berada di bagian paling rendah.

Sebab Sungsang
Bisa dikatakan letak janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Tak perlu terburu khawatir bila posisi sungsang terjadi di bawah usia kehamilan 32 minggu. Sebab, pada usia kehamilan ini, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Artinya dari yang posisinya sungsang bisa berputar menjadi melintang lalu berputar lagi, sehingga posisi kepala di bagian bawah rahim. Jangan heran kalau pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi.

Nah, ketika memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, posisi sungsang sudah sulit untuk berubah karena bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul. Namun semestinya di trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang ukurannya lebih besar daripada kepala akan menempati ruangan yang lebih besar yakni di bagian atas rahim. Sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil, di segmen bawah rahim. Tetapi muncul masalah mengapa posisi sungsang kok, masih bisa hingga usia kehamilan cukup bulan?

Menurut Fischer, ada beberapa sebb, yakni hamil kembar. Artinya, adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim. Sebab lainnya adalah multiparitas, yaitu ibu telah melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya.

Penyebab sungsang bisa pula karena hidramnion, itu loh jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga. Selain itu, karena gangguan hidrosefalus bisa pula menyebabkan bayi sungsang. Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di buy doxycycline online bagian atas rahim. Karena plasenta previa pun dapat mengakibatkan bayi sungsang. Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir, sehingga dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Kemudian panggul sempit, yakni ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang. Kelainan bawaan juga dapat mengakibatkan bayi sungsang. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung menngubah posisinya menjadi sungsang.

Mengatasi Bayi Sungsang
Jika bayi Anda berada dalam posisi sungsang, dokter mungkin akan berkeinginan untuk memturanya. Hal ini dikenal dengan nama External Cephalic Version (ECV), dengan menempatkan tangannya pada perut ibu dan perlahan mencoba memutar janin sampai kepala di bawah, semuanya dilakukan dibantu dengan USG. Cara ini efektif pada sekitar 70% kasus, dan menghindari operasi cesar yang tidak perlu. Setelah posisi bayi diketahui dengan pasti, dokter akan berupaya memperbaiki letak bayi lewat perut Anda. Ini butuh waktu sekitar setengah jam dan mungkin terasa kurang nyaman, walaupun tidak sakit.

ECV sangat bergantung dengan keahlian dokter yang menangani. Dalam memperbaiki posisi ini, kepala bayi bisa teraba dan rahim Anda dalam keadaan rileks (sebelumnya Anda mungkin akan mendapatkan obat peregang terlebih dulu). Jika gagal memperbaiki untuk pertama kalinya, dokter mungkin akan mencobanya kembali dalam beberapa hari. Atau menyarankan lahir dengan operasi yang reltif lebih aman.

Berikut ini beberapa tips mempergunakan gravitasi untuk meningkatkan posisi bayi menjadi posisi anterior, yaitu posisi yang paling baik untuk persalinan. Jika bayi Anda telah menempati posisi terbaik, cara ini akan mempertahankan posisi janin. Tips ini intinya adalah meminta Anda untuk menyandarkan panggul saat berdiri, duduk dengan lutut melebar dan lebih rendah dad panggul, serta berbaring dengan posisi menghadap ke kiri.

Bila duduk, duduklah di atas bantalan dan sandarkan panggul di meja
Seringlah berdiri di depan lemari atau dinding, dan sandarkan bagian depan dada Anda pada lemari atau dinding
Duduklah dengan menghadap sandaran sofa atau berlututlah di lantai.
Taruhlah bantal di belakang Anda dan bersandarlah di atasnya.
Bila tidur atau berbaring di kasur atau sofa, usahakan dalam posisi miring ke kiri.


Read more: http://doktersehat.com/apa-itu-kehamilan-sunsang-cara-mengatasi/#ixzz1uIr0FIVH

Minggu, 06 Mei 2012

77 Alasan untuk Mencintai Hidup Anda
by admin


Seringkali kita menemukan alasan untuk membenci kehidupan kita dari mencintainya.
Dan tahukah Anda? Kehidupan akan membenci kita kembali.
Berikut ini adalah 77 alasan untuk mencintai hidup Anda.
Anda bisa memilih satu, beberapa atau bahkan semua untuk Anda ucapkan dan syukuri setiap hari.

1. Cintai kehidupan Anda untuk semua hal yang Anda miliki.
2. Cintai kehidupan Anda untuk hal-hal yang akan Anda terima
3. Cintai kehidupan Anda untuk semua kepastian yang ada saat ini
4. Cintai kehidupan Anda untuk teman-teman yang Anda miliki
5. Cintai kehidupan Anda untuk perjalanan-perjalanan indah yang Anda lalu
6. Cintai kehidupan Anda untuk teman-teman baru yang akan Anda dapatkan
7. Cintai kehidupan Anda untuk semua nasihat buruk yang tidak Anda ikuti
8. Cintai kehidupan Anda untuk semua kenangan indah Anda
9. Cintai kehidupan Anda untuk orang-orang yang Anda sayangi.
10. Cintai kehidupan Anda untuk orang-orang yang Anda lupakan, karena mereka akan selalu ada untuk memperkaya hidup Anda.
11. Cintai kehidupan Anda untuk pekerjaan Anda, karena pekerjaan adalah berkat Anda untuk orang lain.
12. Cintai kehidupan Anda untuk lelucon-lelucon yang masih ingin Anda dengar.
13. Cintai kehidupan Anda untuk perjalanan-perjalanan indah yang akan Anda lakukan.
14. Cintai kehidupan Anda untuk segala hal yang belum pasti, karena hal itu akan menantang Anda secara pribadi.
15. Cintai kehidupan Anda untuk matahari terbit yang pernah Anda lihat.
16. Cintai kehidupan Anda untuk matahari terbenam yang masih Anda ingat.
17. Cintai kehidupan Anda untuk terbitnya matahari esok.
18. Cintai kehidupan Anda untuk terbenamnya matahari kemarin.
19. Cintai kehidupan Anda untuk semua rejeki yang akan Anda terima.
20. Cintai kehidupan Anda untuk kesehatan yang Anda miliki.
21. Cintai kehidupan Anda untuk semua keindahan yang bisa Anda lihat di sekitar Anda.
22. Cintai kehidupan Anda untuk semua keburukan yang ada di sekitar Anda, karena hal itu menjadi kontras untuk keindahan yang Anda acuhkan.
23. Cintai kehidupan Anda untuk semua teka-teki yang belum terpecahkan.
24. Cintai kehidupan Anda untuk semua pertanyaan yang belum terjawab.
25. Cintai kehidupan Anda untuk semua kemenangan Anda.
26. Cintai kehidupan Anda untuk semua nasihat baik yang Anda ikuti.
27. Cintai kehidupan Anda untuk semua kekalahan Anda, karena mereka memberikan pelajaran berharga untuk Anda.
28. Cintai kehidupan Anda untuk musuh-musuh Anda, karena mereka ada agar Anda belajar mengampuni.
29. Cintai kehidupan Anda untuk hal-hal kecil dalam kehidupan Anda.
30. Cintai kehidupan Anda untuk semua ambisi-ambisi yang Anda canangkan.
31. Cintai kehidupan Anda untuk semua jawaban yang telah Anda peroleh hingga saat ini.
32. Cintai kehidupan Anda untuk senyuman yang Anda terima setiap hari.
33. Cintai kehidupan Anda untuk senyuman yang Anda berikan setiap hari.
34. Cintai kehidupan Anda untuk pagi yang penuh semangat.
35. Cintai kehidupan Anda untuk malam yang romantis.
36. Cintai kehidupan Anda untuk kehidupan yang Anda temukan kembali melalui mata anak-anak Anda.
37. Cintai kehidupan Anda untuk wangi hujan.
38. Cintai kehidupan Anda untuk hadiah-hadiah yang harus Anda berikan.
39. Cintai kehidupan Anda untuk semua permainan yang belum Anda mainkan.
40. Cintai kehidupan Anda untuk salju berikutnya.
41. Cintai kehidupan Anda untuk semua ide cemerlang yang Anda miliki hari ini.
42. Cintai kehidupan Anda untuk semua ide cemerlang yang akan Anda miliki esok.
43. Cintai kehidupan Anda untuk kejutan esok hari.
44. Cintai kehidupan Anda untuk rejeki hari ini.
45. Cintai kehidupan Anda untuk semua impian Anda yang terwujud.
46. Cintai kehidupan Anda untuk kenangan masa lalu, karena kenangan tersebut ada untuk mencerahkan Anda.
47. Cintai kehidupan Anda untuk semua kata-kata manis yang belum Anda ucapkan pada orang-orang yang Anda kasihi.
48. Cintai kehidupan Anda untuk semua kata-kata manis yang Anda dengar dari orang-orang yang Anda sayangi.
49. Cintai kehidupan Anda untuk semua orang-orang baik yang belum Anda temui
50kesalahan Anda, sehingga Anda bisa memiliki banyak waktu untuk memperbaikinya.
51. Cintai kehidupan Anda untuk semua petualangan yang belum Anda alami.
52. Cintai kehidupan Anda untuk semua buku yang belum Anda baca.
53. Cintai kehidupan Anda untuk semua buku yang belum Anda tulis.
54. Cintai kehidupan Anda untuk semua tantangan yang harus Anda hadapi di kemudian hari.
55. Cintai kehidupan Anda untuk semua kisah yang belum Anda dengar, tulis atau bayangkan.
56. Cintai kehidupan Anda untuk orang yang menatap Anda di cermin setiap pagi.
57. Cintai kehidupan Anda untuk keluarga yang merawat Anda.
58. Cintai kehidupan Anda untuk segala hal yang harus Anda bagikan dengan orang lain.
59. Cintai kehidupan Anda untuk semua yang hilang dalam perjalanan Anda, karena kehilangan akan menyediakan tempat untuk sesuatu yang lebih besar.
60. Cintai kehidupan Anda untuk perasaan dalam hati Anda yang dipenuhi oleh cinta.
61. Cintai kehidupan Anda untuk semua impian yang belum tercapai karena Anda akan memiliki waktu untuk mewujudkannya.
62. Cintai kehidupan Anda untuk semua kesempatan yang menunggu Anda di ujung jalan.
63. Cintai kehidupan Anda untuk kebebasan pribadi yang Anda raih.
64. Cintai kehidupan Anda untuk segala hal yang telah Anda ciptakan.
65. Cintai kehidupan Anda untuk kesejukan musim hujan.
66. Cintai kehidupan Anda untuk energi musim panas.
67. Cintai kehidupan Anda untuk istirahat yang baik sepanjang malam tadi.
68. Cintai kehidupan Anda untuk keamanan yang Anda lalui sepanjang hari ini.
69. Cintai kehidupan Anda untuk semua keindahan dalam diri Anda; yang menunggu untuk diketemukan.
70. Cintai kehidupan Anda untuk semua warna fantastis yang mewarnai kehidupan Anda setiap hari.
71. Cintai kehidupan Anda untuk musik indah yang Anda dengar sampai hari ini
72. Cintai kehidupan Anda untuk orang-orang yang telah Anda temui sampai hari ini; karena mereka adalah dunia Anda yang berharga.
73. Cintai kehidupan Anda untuk angin yang menerpa wajah Anda setiap hari.
74. Cintai kehidupan Anda untuk perubahan-perubahan mendadak pada artikel Anda.
75. Cintai kehidupan Anda untuk semua pertengkaran yang Anda hindari.
76. Cintai kehidupan Anda untuk semua persimpangan yang Anda temui setiap hari; mereka ada untuk menawarkan jalan terbaik yang bisa Anda pilih.
77. Cintai kehidupan Anda untuk setiap detik yang Anda lalui, karena detik inilah yang Anda miliki, hanya detik ini.

Sabtu, 05 Mei 2012

DANBO 'RIRIN'





Fakta Medis tentang Tomcat


Oh ternyata…, tomcat ternyata sejenis serangga. Bahkan termasuk golongan semut semai. Dan fakta medis menyebutkan beberapa hal terkait semut semai (tomcat) ini : Serangga semut semai (tomcat) tidak mematikan.

Kalau lihat gambar dampak bahaya tomcat, kebayang ngilu rasa sakitnya. Kenyataannya, Serangga tomcat ini habitat alami di persawahan. Predator alaminya adalah wereng dan kepik. Jika habitatnya menghilang, maka serangga ini akan berkomunal di tempat yang terang dan hangat. Tomcat memang memiliki cairan beracun, namun tidak mematikan. Semut semai (tomcat ) menyebarkan racunnya dengan cara menyemprotkan ke arah datangnya ancaman.

Tanda-tanda terkena racun tomcat dengan gejala kemerahan dan muncul bintil-bintil 24-36jam pasca paparan. Sensasi yang dirasakan adalah panas dan gatal. Pertolongan pertama bisa dilakukan dengan membasuh dengan cairan sabun atau air bersih dengan aliran satu arah. Tomcat penyebab penyakit herpes?! Pada beberapa sebaran informasi di berbagai media disebutkan serangan serangga ini menyebabkan herpes. Ini salah besar. Memang adanya gejala yang ditimbulkan sangat mirip dengan herpes, namun iritasi kulit yang ada bisa ditangani tidak sama dengan penanganan herpes. Pengobatan paparan tomcat bukanlah dengan topikal ataupun oral acyclovir.Acyclovir hanya untuk penanganan virus herpes.
Penanganan Penderita Tomcat Cara mengatasi tomcat : Bawalah segera ke rumah sakit atau klinik terdekat.
Penanganan pertama bisa dilakukan dengan basuhan air dengan aliran satu arah untuk mengurangi paparan. Pastikan arah basuhan langsung ke pembuangan, guna mencegah potensi sisa basuhan yang membawa kandungan zat aktif racun memaparkan ke wilayah kulit lainnya.
Hal yang harus diperhatikan saat menemukan Tomcat :
Jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke dalam plastik dengan hati-hati, terus buang ke tempat yang aman. Hindari terkena kumbang ini pada kulit terbuka.
Sediakan kapur semut, kasa nyamuk untuk mencegah Tomcat masuk rumah.
Ventilasi udara jendela atas ditutup streamin ( kawat kotak kecil2 itu lho..) Dibiasakan pintu rumah ditutup kalau tidak ada keperluan.
Pasang kelambu di tempat tidur (selain mencegah gigitan nyamuk) Karena tomcat suka cahaya terang, maka kalau tidur sebaiknya diganti lampu redup. (selain dapat membuat tidur jadi lebih puless) Kalau terkena racun tomcat di kulit, segera basuh air mengalir searah dan jangan digosok2. Tiup hati-hati kalau tomcat menempel di salahsatu badan kita. Salahsatu sunnahnya sebelum tidur, pastikan kasur dalam keadaan bersih, ditepuk2. Amati sekeliling kamar, dinding dan lantai kamar Jaga kebersihan rumah dan sekitar yuh….

LAPORAN PENDAHULUAN PLASENTA PREVIA

1.1 Definisi

• Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas uterus.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365)
• Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.
(Helen Varney. 2007. hal 641)

1.2 Etiologi

• Mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada penderita dengan paritas tinggi. Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya, sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. 367)
• Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan – keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bias ditemukan pada :
1. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri.
3. Kuretasi yang berulang.
4. Umur lanjut.
5. Bekas seksio sesarea.
6. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakaian kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).
• Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostiumuteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi plasenta yang besar dari yang luas, seperti pada eritroblastis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple.

(Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. hal 85 – 86)

1.3 Klasifikasi

Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta, dan Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut Plasenta letak rendah. Pinggir plasenta berada kira – kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi seperti ini akan terjadi dengan penanganan yang baik.
(Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365 – 366)

1.4 Tanda dan Gejala

Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi tiba – tiba dan tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita yang tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga, harus dicurigai mengalami plasenta previa. Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim.
(Helen Varney. 2007. hal 642)

Gejala – gejala

1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.
Pasien mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh :
a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding rahim. Keterangannya sebagai berikut :
Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim.
Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang – ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru.
Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plsenta previa lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
(FKUP. 2005. hal 86)
4. Perdarahan berulang.
5. Warna perdarahan merah segar
6. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
7. Timbulnya perlahan-lahan.
8. Waktu terjadinya saat hamil
9. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
10. Denyut jantung janin ada
11. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
12. Presentasi mungkin abnormal. (www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
1.5 Patofisiologi

1. Proses patologi tampaknya berhubungan dengan kondisi – kondisi yang
mengubah fungsi normal desidua uterus dan vaskularisasinya.
2. Perdarahan yang terjadi akibat robekan vili plasenta dari dinding uterus karena
kontraksi dan dilatasi segmen bawah uterus,dapat terjadi ringan atau berat.
( Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir,E/3.2005.hal.250 )

Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran SBR dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarikan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
( Kapita Selekta Kedokteran.2005.hal.276 )

1.6 Gambaran Klinis

Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau bekerja biasa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hamper selalu lebih banyak daripada sebelumnya,apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga , akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu SBR telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, SBR akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada SBR, pelebaran SBR dan pembukaan serviks tidak dapat di ikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam – hitaman. Sumber Perdarahanan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot SBR untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang terletak normal. Makin rendah letak plsenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah, yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.
Turunnya bagian terbawah janin ke dalam PAP akan terhalang karena adanya plasenta di bagian bawah uterus. Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan didapatkan belum masuk PAP yang mungkin karena plasenta previa sentralis: mengolak ke samping karena plasenta previa parsialis : menonjol diatas simpisis karena plasenta previa posterior : atau bagian terbawahh janin sukar di tentukan karena plasenta previa anterior. Tidak Jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.
Nasib janin tergantung dari banyaknya perdarahan dan tuanya kehamilan pada waktu persalinan. Perdarahan mungkin masih dapat diatasi dengan transfusi darah, akan tetapi persalinan terpaksa diselesaikan dengan janin yang masih premature tidak selalu dapat dihindarkan.
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah dilahirkan karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir, perdarahan postpartum sering kali terjadi karena kekurang- mampuan serabut otot SBR untuk berkontraksi menghentikan perdarahan dari bekas insersio plasenta atau karena perlukaan serviks dan SBR yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh darah besar , yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung per vaginam.
( Sarwono Prawiroharjo.2007.hal.360 – 361 )

1.7 Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Ultasonografi ( USG )
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi palsenta terhadap ostium
 Bila tidak dijumpai plasenta previa, lakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain ( serviks, fornik, atau dinding vagina ).
(Sarwono Prawiroharjo.2006.163 – 164)
 USG: Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya dan tidak menimbulkan rasa nyeri.
(Sarwono Prawiroharjo.2007.hal.369)
 Pemeriksaan darah : Hemoglobin dan hematokrit
( Kapita Selekta Kedokteran. 2006. 277 )


1.8 Diagnosa

 Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang. Klinis kelainan letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
 Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan bila dilakukan di kamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi segera.
 Diagnosis palsenta previa ( dengan perdarahan sedikit ) yang terapi ekspektatif ditegakkan dengan pemeriksaan USG.
( Obstetri Patologi.Unpad.2005.hal 87 – 88 )
• Anamnesis. Pedarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa rasa nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat di nilai dari anamnesa, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar
Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah beku dan sebagainya
- Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis
Palpasi
- Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
- Sering dijupai kesalahan letak janin
- Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
- Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
• Pemeriksaan dengan Alat
- Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
- Pemeriksaan USG
1. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 % identifikasi plasenta previa
2. Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
- MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan plasenta perkreta .
( www.debyblogspot.com/plasenta previa )

1.9 Penatalaksanaan

1.Perawatan konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik untuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit

2. Pemantauan tanda – tanda vital.
(Buku saku Asuhan Ibu & Bayi Baru Lahir,Ed.5.2006.hal.60 )
3. Terapi, Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu :
o Ekspektatif : Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar banginya kecil sekali.
o Syarat terapi ini : - keadaan ibu dan anak masih baik ( Hb- nya normal )
- Perdarahan tidak banyak.
(Obstetri Patologi.Unpad.2005.hal.89 )

- kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit.
- Belum ada tanda – tanda inpartu.
(www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
Pada terapi ini, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500 gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi dilakukan pemeriksaan USG untuk menentukan letak plasenta.Pemberian antibiotic mengingat kemungkinan terjadi infeksi yang besar akibat perdarahandan tindaka – tidakan intrauterine serta diberikan Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
o Terminasi : Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, miksalnya : kehamilan cukup bulan, perdaraha banyak,parturien, dan anak mati.Dengan cara :

-Seksio sesarea

Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Tujuan seksio sesarea :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Persiapan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan masuk-keluar.

- Melahirkan pervaginam

Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
- Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin
- Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
- Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikejakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan tidak aktif.

( Obstetri patologi.FKUP.2005.hal.88 – 91 )

1.10 Komplikasi
 Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan,anemia karena perdarahan, plasentitis, endometritis pascasalin.
 Pada Janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti asfiksia berat.
( Kapita Selekta Kedokteran 1.2005.hal.277 )
 Plasenta akreta. Pada kondisi ini, plasenta implantasi terlalu dalam dan kuat pada dinding uterin, yang menyebabkan sulitnya plasenta terlepas secara spontan plasenta saat melahirkan. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat dan perlu operasi histerektomi. Keadaan ini jarang, tetapi sangat khas mempengaruhi wanita dengan plasenta previa atau wanita dengan sesar sebelumnya atau operasi uterus lainnya. (www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
 Bahaya untuk ibu pada plasenta previa, yaitu :
- Syok hipovolemik
- Infeksi – sepsis
- Emboli udara ( jarang )
- Kelainan Koagulopati sampai syok
- Kematian
 Bahaya untuk anak, yaitu :
- Hipoksia
- Anemi
- Gawat janin
( FKUP.2005.hal 86 -87)

1.11 Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali,atau tidak sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945 , kematian perinatal berangsur – angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.
Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu , yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah air kita,sehingga beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan oleh dunia kebidanan mutakhir masih terpaksa dipakai juga seperti pemasangan cunam Wiilett , dan versi Braxton – Hicks. Tindakan – tindakan ini juga sekurang – kurangnya masih dianggap penting untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitasseksio sesarea belum ada. Dengan demikian tindakan – tindakan itu lebih banyak ditujukan demi keselamatan ibu daripada janinnya.


ASUHAN KEBIDANAN DENGAN PLASENTA PREVIA


I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Biodata
Umur : - Plasenta Previa paling banyak terjadi pada wanita hamil usia lebih dari 35 tahun.
( Helen Varney. 2007.hal.641)
- Frekuensi Plasenta Previa pada primigravida yang berusia lebih dari 35 tahun kira – kira 10 kali lebih sering dibanding primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun.
- Pada Grandemulti yang berumur lebih dari 35 tahun kira – kira 4 kali lebih sering di banding dengan grandemulti yang berusia kurang dari 25 tahun.
( Sarwono Prawiroharjo.2007.hal 369)

Gejala :
- Perdarahan bersifat berulang
- Tanpa rasa nyeri ,darah merah segar
Perdarahan hanya bercak / ringan dan berhenti secara spontan,terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu.
- Perdarahan biasanya terjadi saat bangun tidur.
( sarwono Prawiroharjo. 2006.hal.162 -163 )
- Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berberda dengan abortus.
( Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.2005.hal.86)

Riwayat Kesehatan :
- Plasenta Previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan luas , seperti pada eritroblastocis, Diabetus Melitus atau Kehamilan Multipel.
( FKU Padjadjaran.2005.hal. 85 – 86 )
Perilaku Kesehatan :
- Dapat terjadi pada perokok berat ( lebih dari 20 batang perhari )
(FKU Padjdjaran.2005.hal. 85 )


B. Data Objektif

 Pemeriksaan Fisik
- Kaji tanda – tanda syok jika ada perdarahan
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan Frekuensi nadi
- Kulit berkeringat dingin
- Muka pucat
( Asuhan Keperawatan Ibu – Bayi. IKAPI.2006.hal.60 )

 Inspeksi
- Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal
- Pada perdarahan yang banyak, ibu tampak anemis.


 Palpasi :
- Bagian terendah janin biasanya belum masuk PAP , ada kelainan letak janin.
( Kapita Selekta 1. 2005. 277 )
- Abdomen lembek , tidak keras, relaksasi diantara kontraksi (jika ada )
( Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir.2005.251 )
- dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang kurus.
( www.debyblogspot.com/plasenta previa )

 Pemeriksaan Inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri internum
 PDMO: - Perabaan Fornik.Hanya bermakna bila janin presentasi kepala
- Pemeriksaan melalui kanalis servikalis, setelah pada perabaan fornik dicurigai adanya plasenta previa.
 Pemerikasaan Penunjang :
- USG untuk diagnosis pasti, yaitua menentukan letak plasenta.
- Pemeriksaan darah : hemoglobin,hematokrit.

( Kapita Selekta 1.2005. 277 )



II. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
• DIAGNOSA : Plasenta Previa
• MASALAH : - Anemis
- persalinan Prematur

III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

1. DIAGNOSA POTENSIAL :- Syok Hipovolemik
- Plasentitis
- Endometritis Pascapersalinan
( Kapita Selekta 1.2005.277 )
2.MASALAH POTENSIAL : - Anemia akibat perdarahan
-nyeri perut bawah, dispareunia,nyeri haid akibat endometritis.
-Gawat Janin ( Asfiksi Berat )
(Ilmu Kandungan.2005.hal.318)
-Plasenta Akreta

IV. KEBUTUHAN :
 Dukungan emosional untuk memfasilitasi proses berduka jika diperlukan.
 Informasi / penyuluhan klien dan keluarga
(Keperawatan Ibu – Bayi baru lahir.2005.hal.252 )

V. TUJUAN
- Menjaga kehamilan sampai cukup bulan.
- Menjaga kondisi janin agar tetap baik sampai aterm.


VI. KRITERIA HASIL

1. Keadaan umum ibu dan janin baik sampai usia kehamilan aterm
2. Anemia dapat teratasi.
3. Ibu dapat melahirkan dengan lancar tanpa komplikasi.




VII. INTERVENSI VIII. RASIONAL
1. Pemantauan keadaan ibu dan janin secara terus menerus



2. Perawatan koservatif
- Tirah baring / istirahat


-Pemberian hematinik dan spasmolitik
untuk mengatasi anemia
-Memberikan antibiotik bila ada indikasi.

-Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit

(www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)



3. Pemberian cairan IV atau transfusi darah.




4. Kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan terapi :
- Terminasi
• Seksio Sesarea





• Amniotomi dan Akselerasi
• Versi Braxton Hicks
• Traksi dengan Cunam Willett

- Ekspektatif


5.Pemberian informasi kepada klien dan keluarga.







6. Memenuhi kebutuhan Emosional dan psikologi klien. - Pemantauan dilakukan untuk mengetahui kodisi ibu dan janin.
(Asuhan Keperawatan Ibu Bayi.2006.hal.61 )

- Meminimalkan resiko pada janin
( Keperawatan Ibu – BBL.2005.hal.251)
- Mengatasi anemia

- Mencegah adanya infeksi baru

- Memantau Kondisi ibu dan janin

- Melihat letak plasenta.


- Mengatasi syok pada ibu akibat perdarahan.
- Mengatasi anemia.
( Asuhan Keperawatan Ibu – bayi.2006.hal 61 )





- Mempersingkat lamanya perdarahan.
- Mengosongkan rahim dan menghentikan perdarahan.
( Obstetri- Patologi.2005.hal.88 )
- Menghentikan perdarahan



- Maturasi janin

(Obstetri – Patologi.2005.hal.88 )
- Pemberian informasi kepada klien dan keluarga di maksudkan agar mereka mengetahui hal – hal yang harus dilakukan saat terjadi perdarahan serta kondisi yang dialami klien.

- Mengurangi rasa cemas dan takut pada klien.

(Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir,E/3.2005.hal.251 – 252 )



IX. IMPLEMENTASI

1. Memeriksa tanda – tanda vital , tanda perdarahan dan memantau DJJ.
2. Menganjurkan ibu untuk Tirah baring.
3. Memberikan cairan IV atau transfusi darah sesuai kebutuhan.
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn untuk melakukan terapi
- Terminasi : - Cara Vaginal : Melakukan tekanan pada plasenta yang dengan demikian menutup pembuluh – pembuluh darah yang terbuka. ( tamponade pada plasenta ).
- Melakukan seksio sesarea : Mengosongkan rahim hingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
- Melakukan Terapi Ekspektatif
5. Memberikan informasi kepada klien dan keluarga:
• Menjelaskan kondisi klien kepada klien sendiri dan keluarga.
• Memberitahu ibu tentang kebersihan diri.
• Memberitahu keluarga agar selalu siaga terhadap kondisi ibu.
• Meminta keluarga untuk menyiapkan hal – hal yang akan diperlukan ibu nantinya.

6. Memberikan dukungan emosional pada ibu dan keluarga.

X. EVALUASI

1. Kondisi ibu tetap stabil atau perdarahan dapat di deteksi dengan tepat , serta terapi mulai di berikan.
2. Ibu dan bayinya menjalani persalinan dan kelahiran yang aman.

( Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir 5.2006.hal.62 )


DAFTAR PUSTAKA



• FKUI. 2005.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
• Ladewig, Patricia W. 2006.Buku Saku Asuhan Ibu & Bayi BAru Lahir,Ed.5.Jakarta :EGC
• Prawiroharjo,Sarwono.2006.Ilmu Kandungan.Jakarta : YBP - SP
• Prawiroharjo,Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :YBP – SP
• Prawiroharjo,Sarwono.2007.Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
• Stright,Barbara R.2005.Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir.E / 5.Jakarta : EGC
• Varney,Helen.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan,Ed.4 Vol.1.Jakarta : EGC

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN DENGAN HIDRAMNION

A. DEFINISI • Hidramnoin adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc ( YBP – Sarwono Prawirohardjo.2005 hal 358 ) • Polihidramnion / hidramnion adalah kondisi ketika jumlah cairan amnion berlebihan. ( Helen Varney .2006 hal 634 ) • Hidramnnoin adalah banyaknya air ketuban apabila melebihi 2000 cc ( FK Universitas Padjadjaran.2005 hal 39) • Hidramnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml dianggap berlebihan ( F. Gary Cunningham 2005 hal 909) • Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter. (www.stasiunbidan.blogspot.com) B. KLASIFIKASI HIDRAMNION 1. Hidramnion yang kronik. Penambahan air ketuban perlahan lahan, berangsur angsur. Ini bentuk yang paling umun / sering terjadi. Ibu yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banya kmengalami rasa yang tidak nyaman. 2. Hidramnion yang akut. Penambahan air ketuban terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada bulan ke 4 atau ke 5. Distensia abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam. Dapat dengan cepat memperbesar uterus yang hipertonik sehingga ukurannya menjadi besar. Menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu ( F. Gary Cunningham 2005 hal 913) C. ETIOLOGI Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena : 1. Produksi air ketuban bertambah Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban dapat juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion. Misalnya : Air kencing janin / cairan otak pada anensefal 2. Pengaliran air ketuban terganggu Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk keperedaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak bisa menelan, seperti pada atresia esofagus, anensefal atau tumor tumor plasenta ( FK Universitas Padjadjaran.2005 hal 39) Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007 ) Hidramnion terjadi karena : 1. Produksi air yang berlebihan 2. Adanya kelainan pada janin yang menyebabkan cairan menumpuk, yaitu hidrosefalus,atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan kelainan kencing kongenital 3. Adanya sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.sehingga peningkatam volume air ketuban. 4. Adanya kehamilan kembar, karena adanya janin yang menghasilkan air seni 5. Adanya proses infeksi 6. Adanya hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan 7. Ibu hamil mengalami diabetes melitus yang tidak terkontrol 8. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus. (www.stasiunbidan.blogspot.com) D. FAKTOR PREDISPOSISI Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidramnion, antara lain : 1. Penyakit jantung 2. Nefritis 3. Edema umum ( anarsarka 4. Anomali kongenintal ( pada anak ) seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam hal ini terjadi karena : a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina b. Exscressive urinary secration c. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus d. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion 5. Simpul tali pusat 6. Diabetes Melitus 7. Gemelli univulair 8. Mal nutrisi. 9. Penyakit kelenjar hipofisis 10. Pada hidramnion biasanya plasentanya lebih besar dan terasa lebih berat dari biasanya karena itu transudasi menjadi lebih banyak. (www.stasiunbidan.blogspot.com) 1. Kehamilan kembar (khususnya, pada kembar monozigot ) 2. Diabetes 3. Eritroblastosis 4. Malformasi janin (khususnya,pada saluran cerna. Misanya : fistula trakeoesofagus atau sistem saraf pusat misalnya: anensefali , meningomieloke) ( Helen Varney .2006 hal 634 ) Faktor yang mempengaruhi hidramnion : • Adanya kelainan pada bayi : - Anensefali - Spina bifida - Sumbatan saluran makanan bayi - Tumor dileher bayi • Adanya kelainan Plasenta - Adanya tumor pada plasenta • Adanya kehamilan kembar • Penyakit ibu - Diabetes - Kelainan jantung - Kelainan ginjal (www.blog-indonesia.com) E. TANDA DAN GEJALA Gejala hidramnoin terjadi semata mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ organ seputarnya. • Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga ibu wanita merasa sesak. • Penekanan vena vena yang besar menyebabkan eodema terutama di tungkai, vulva dan abdomen. (YBP– Sarwono Prawirohardjo.2005 hal 358) • Regangan dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri • Palpasi anak sulit • Bunyi jantung sulit terdengar. ( FK Universitas Padjadjaran.2005 hal 40) • Pembesaran uterus, lingkar abdomen,dan tinggi fundus uterus jauh melebihi ukuran yang diperkirakan untuk usia kehamilan. • Dinding uterus tegang sehingga pada aukultasi bunyi detak jantung janin sulit atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit ditentukan • Adanya trill pada cairan uterus • Masalah – masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea,Edema pada vulva dan ekstermitas bawah, nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan paha, nyeri ulu hati,mual muntah. • Letak janin sering berubah. ( Helen Varney .2006 hal 634 ) F. DIAGNOSA • Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa • Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis • Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak • Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar • Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa kandungannya • Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan tungkai • Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya • Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan • Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali • Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin • Denyut jantung janin tidak terdengar (www.blog-indonesia.com) G. DIAGNOSA BANDING Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya, kemunginan: 1. Hidramnion 2. Gemelli 3. Asites 4. Kista ovarri 5. Kehamilan beserta tumor (www.blog-indonesia.com) H. PENATALAKSANAAN Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase: 1. Waktu hamil (di BKIA) - Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis - Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa : 1) Timbul his 2) Trauma pada janin 3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan 4) Infeksi serta syok bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan. 2. Waktu partus a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu b. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan c. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri. 3. Post partum a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup (www.blog-indonesia.com) I. KOMPLIKASI Polihidramnion dapat menimbulkan komplikasi tambahan berikut ini :  Persalinan pretern  Dispnea pada ibu dan sesak nafas  Malpresentasi janin  Prolap tali pusat  Abrupsio plasenta  Disfungsi uterus selama persalinan  Perdarahan pascapartum segera yang disebabkan atonia uteri akibat distensi berlebihan ( Helen Varney .2006 hal 634) J. PRAGNOSIS Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena  Kongenital anomali  Prematuritas  Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung  Eritroblastosis  Diabetes melitus  Solutio placenta jika ketuban pecah tiba-tiba Pada ibu 1. Atonia uteri 2. Perdarahan post partum 3. Retentio placenta 4. Syok 5. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar (www.blog-indonesia.com) ASUHAN KEBIDANAN HIDRAMNION I. Pengkajian A. Data Subjektif 1. Identitas 2. Keluhan a. Mengalami dispnea / sesak nafas ada kasus ekstrim mungkin hanya dapat bernafas apabila dalam posisi tegak b. Sering terjadi oedema akibat penekanan vena besar oleh uterus yang sangat besar terutama di ekstrimitas bawah vulva dan dinding abdomen. (F. Gary Cunningham, 2005 Hal. 913). c. Regangan dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri d. Dapat terjadi digouna berat akibat obstruksi uteter oleh uterus yang sangat besar sehingga ibu merasa cemas. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2005, Hal. 40) 3. Riwayat Kehamilan Sering ditemukan pada kehamilan ganda / kembar. (YBP, Sarwono Prawirohardjo, 2005, Hal. 358). 4. Riwayat Penyakit Sering ditemukan pada beberapa penyakit ibu, seperti : DM, Preeklamsi, entroblastosis foetalis. (YBP, Sarwono Prawirohardjo, 2005, Hal. 358). B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum 2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi • Pada abdomen : kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat retak-retak, kulit jelas dan kadang umbilicus mendatar. • Jika akut ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa kandungannya. b. Palpasi • Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut, vulva dan tungkai. • TFU lebih tinggi dari usia kehamilan • Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan • Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali. • Karena bebasnya janin bergerak kepada tidak terdeteksi, maka dapat terjadi kesalahan letak janin. c. Aukultasi • DJJ tidak terdengar d. Pemeriksaan Dalam • Selaput ketuban teraba menonjol walaupun di luas his e. Pemeriksaan Lab f. Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen : • Untuk mendiagnosa dan untuk menentukan etiologi. Misalnya : Anensefal dan Ken. Ganda. • Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang janin tidak jelas. (www.stasiunbidan.blogspot.com) II. Interpretasi Data A. Diagnosa Hidramnion / Polihidramnion B. Masalah • Merasa sesak nafas dan hanya dapat bernafas pada posisi tegak. • Merasa nyeri perut • Merasa cemas (F. Gary, Cunningham, 2005, Hal. 913) C. Kebutuhan • Dukungan emosional • Konsultasi dengan dokter (Helen Varney, 2006, Hal. 934) D. Diagnosa Potensial • Persalinan preterm • Dispnea pada ibu dan sesak • Malpresentasi janin • Abrupsio plasenta • Prolaps tali pusat • Perdarahan pasca partum (Helen Varney, 2006, Hal. 934) E. Masalah Potensial • Perdarahan pervaginam setelah persalinan dan konsistensi rahim lunak (FK. Univ. Padjajaran, 2005, Hal. 172) III. Intervensi dan Rasional Intervensi Rasional 1. Lakukan observasi TTV 2. Berikan dukungan emosional 3. Tekan simptomatis 4. Lakukan fungsi tranvaginal 5. Lakukan pemeriksaan golongan dan tansfusi darah 6. Sediakan obat uterotonika 7. Pasanglah infuse 8. Berikan antibiotika 9. Konsultasikan dengan dokter 1. Melihat perkembangan keadaan pasien 2. Mengurangi rasa cemas pada pasien 3. Mengurangi inflamasi dan nyeri 4. Meredakan penderitaan ibu 5. Persiapan terjadinya perdarahan post partum 6. Persiapan terjadinya perdarahan post partum 7. Pertolongan perdarahan post partum 8. Mencegah terjadinya infeksi 9. Mendapatkan terapi sesuai penyakit IV. Implementasi 1. Melakukan observasi untuk melihat perkembangan keadaan pasien. 2. Memberikan dukungan fungsional ibu untuk mengurangi rasa cemas ibu (F. Gary, Cunningham, 2005, Hal. 934) 3. Terjadi simptomatis untuk mengurangi inflamasi dan nyeri 4. Melakukan fungsi tranvaginal untuk membedakan penderitaan ibu 5. Melakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah untuk persiapan jika terjadi pendarahan post partum. 6. Menyediakan obat uteronika untuk persiapan jika terjadi perdarahan post partum 7. Memasang infus untuk pertolongan jika perdarahan post partum. 8. Memberikan antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi 9. Konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi sesuai penyakit (www.stasiunbidan.blogspot.com) DAFTAR PUSTAKA - Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetri William, Jakarta : EGC. - Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. - Sastrawina, Sulaiman, 2005, Ilmu Kebidanan Reproduksi : Obstetri Patologi : Jakarta : EGC. - Varney, Hellen. 2006. Asuhan Kebidanan Vol. 1. Jakarta : EGC. - www.stasiunbidang.blogspot.com

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER PAYUDARA

A. DEFINISI Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berlipar ganda. Oada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjol di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak di buang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan kematian. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, kulit. Akibat penyakit ini, penderita bisa merasakan nyeri, fungsi organ-organ yang terserang menurun hingga bisa mengakibatkan kematian. ( Sumber:Kanker, antioksidan dan terapi komplementer,2005,hal.39) Kanker payudara adalah tumor ganas pada salah satu kelenjar kulit di sebelah luar rongga dada. Kelenjar limfe ketiak membentuk sistem pengaliran limfe bagi kedua kuadran atas tubuh, selain payudara termasuk disini juga kedua lengan. Jumlah kelenjar limfe ini bervariasi, meluas dari sisi luar atas kelenjar payudara sampai di bawah dan belakang tulang selangka. Di sini berhubungan dengan kelenjar limfe leher terbawah selain berhubungan dengan sistem pembuluh balik, jalan bagi metastasis hematogen berjarak. Apabila pengaliran keluar limfe tertutup oleh diseksi kelenjar limfe, pertumbuhan masuk dari kanker, penyinaran atau kombinasi sebab-sebab ini, terjadi edema ( sembab, pembengkakan) limfe yang ditakuti dari lengan dan tangan. Pada penyebaran kanker secara limfogen, kelenjar satu persatu terkena. ( Sumber: Kanker, Apakah itu?,2005,hal317) B ETIOLOGI 1. Genetika • adanya kecendrungan pada keluarga tertentulebih banyak kanker payudara daripada keluarga yang lain. • Pada kembar monozygote, terdapat kanker yang sama • Terdapat kesamaan lateralisasi kanker buah dada pada keluarga dekat dari penderita kanker payudara • Seorang dengan klinifelter akan mendapat kemungkinan 66 kali dari pria normal atau angka kejadiannya 2%. 2. Hormon • kanker payudara umumnya pada wanita, dan pada laki-laki kemungkinannya sangat kecil. • insiden akan lebih tinggi pada wanita diatas 35 tahun. • saat ini pengobatan dangan menggunakan hormon hasilnya sangat memuaskan 3. Virogen • baru dilakukan percobaan pada manusia dan belum terbukti pada manusia 4. Makanan • terutama makanan yang banyak mengandung lemak 5. Radiasi daerah dada • sudah lama diketahui, radiasi dapat menyebabkan mutagen. ( Sumber: www.detak.org/aboutcance ) C. KLASIFIKASI > JENIS-JENIS KANKER PAYUDARA 1. Karsinoma in situ Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat asalnya. 2. Karsinoma duktal Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama). 3. Karsinoma lobuler Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau payudara lainnya atau pada kedua payudara). 4. Kanker invasif Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler. 5. Karsinoma meduler Kanker ini berasal dari kelenjar susu. 6. Karsinoma tubuler Kanker ini berasal dari kelenjar susu >STAGING ( PENENTUAN STADIUM KANKE Penentuan stadium kanker penting sebagai panduan pengobatan, follow-up dan menentukan prognosis. Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer): • Stadium 0 : Kanker in situ dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal • Stadium I : Tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar keluar payudara • Stadium IIA : Tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak • Stadium IIB : Tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak • Stadium IIIA : Tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama lain atau perlengketah ke struktur lainnya; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak • Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara, yaitu ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening di dalam dinding dada dan tulang dada • Stadium IV : Tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada, misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. Selain stadium kanker, terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan prognosis:  Jenis sel kanker  Gambaran kanker  Respon kanker terhadap hormon Kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause.  Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara. ( Sumber: www.detak.org/aboutcance ¬ ) D. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Tinggi melebihi 170cm Menjadi tinggi adalah idaman setiap wanita. Namun penelitian yang masih berlangsung mengungkapkan suatu hasil yang mungkin kurang begitu menyenangkan. Wanita yang kurang begitu menyenangkan. Wanita yang tingginya melebihi 170cm ternyata memiliki resiko terkena kanker payudara dan kanker usus besar yang lebih besar. Meskipun belum jelas sepenuhnya mekanismenya, diduga pertumbuhan yang lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahanstruktur genetik ( DNA ) pada sel tubuh yang diantaranya dapat berubah ke arah sel yang ganas. 2. Masa Reproduksi yang relatif panjang Masa reproduksi yang ditandai dengan datang bulan atau hamil yang lebih panjang, meningkatkan resiko memperoleh kanker payudara. Masa reproduksi ini relatif memanjang jika: a. Wanita memperoleh haid pertama (menarche) padfa usia muda (kurang dari 10 tahun). Menarche umumnya diperoleh pada usia 13 tahun. b.Wanita yang terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun). Umumnya pada usia 55 tahun, perempuan akan mengalami henti haid atau menopause. Pada beberapa orang, menopause bisa datang pada usia yang lebih dari itu bahkan ada yang lebih dari 60 tahun. c. Wanita yang belum mempunyai anak kandung .teorinya, kenapa kaum wanita yang mengalami hal di atas beresiko lebih besar memperileh kanker payudara adalah karena terpapar dengan hormon estrogen relatuf lebih lama dibandingkan dengan wanita-wanita lain. 3. Kehamilan dan menyusui Wanita yang mel;ahirkan pada usia tua (>35 tahun) juga memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Begitu juga dengan mereka yang melahirkan lebih dari dua kali. Namun resiko kanker payudara bisa ditekan jika wanita tersebut menyusui sedikitnya selama satu tahun untuk setiap kelahiran anak. Hal ini berkaitan erat dengan parubahan sel kelenjar payudra saat menyusui. 4. Wanita yang gemuk Bagi wanita yang kurang bisa menjaga berat badannya, dikatakan memiliki resiko terkena kanker payudara lebih tinggi. Dengan menurunkan berat badan, biasanya level estrogen tubuh akan turun pula. Estrogen yang tinggi, terutama pada usia menopause dapat menyebabkan sel pada payudara berubah menjadi sel ganas. Bagi orang indonesia, dikatakan kelebihan berat badan jika IMT>23kg/m2 dan menjadi obesitas jika IMT>25kg/m2. Indek masa Tubuh atau Body Mass Index dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi dalam meter pangkat dua. Selengkapnya mengenai hal ini bisa dibaca pada buku Seri Kesehatan Keluarga dari Elexmedia Komputindo dengan judul Penyakit Degeneratif. 5. Alkohol Konsumsi alkohol lebih dari satu kaleng bir atau satu gelas anggur (200-300 cc) bisa meningkatkan resiko kanker usu besar. Penyebabnya adalah kerena alkohol bisa meningkatkan estrogen tubuh. 6. Preparat hormon estrogen Penggunaan preparat yang mengandung hormon estrogen meningkatkan resiko mengidap kanker payudara. Untuk itu evaluasi perlu dilakukan bagi mereka yang telah menggunakan preparat ini selama lebih dari 5 tahun. 7. Faktor turunana / genetik Adanya riwayat, seperti cerita di awal tulisan ini, bahwa salah satu payudara telah terkena kanker payudara pada sisi yang lain. Dengan adanya riwayat terkena kanker kanker payudara pada keluarga atau bahkan diri sendiri, resiko terjadi kanker pauyudarakembali menjadi lebih tinggi. Hal yang sama berlaku juga untuk wanita yang pernah menderita tumor jinak payudara yang merupakan jenis hiperplasi. ( Sumber: Kanker, Antioksidan & Terapi Komplementer,2005,hal 42 ) 8. Bahan kimia Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. (Sumber: www.detak.org/aboutcancer. ) E. TANDA DAN GEJALA • Ada benjolan yang keras di payudara • Bentuk puting berubah ( bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan cairan / darah • Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk • adanya benjolan-benjolan kecil • Ada luka dipayudara yang sulit sembuh • Payudara terasa panas, memerah dan bengkak • Terasa sakit / nyeri ( bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tapi tetap harus diwaspadai ) • Terasa sangat gatal didaerah sekitar puting • Benjolan yang keras itu tidak bergerak ( terfiksasi ). dan biasanya pada awal-awalnya tidak terasa sakit • Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada 1 payudara ( Sumber: blog.asuhankeperawatan.com ) F. PATOFISIOLOGI Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit , tapi banyak tergantung pada jaringan payudara yang terkena. Ketergantungan estrogen pada usia permulaanya. Penyakit payudara ganas sebelum menapouse berbeda dengan penyakit payudara ganas sesudah menpaouse. Ada beberapa tumor yang dikenal sebagai estrogen dependent. Mengandung reseptor yang mengikat estradiol dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak muncul pada jaringan payudara normal atrau dalam jaringan dysplasia. ( Sumber: blog.asuhankeperawatan.com ) G. PEMERIKSAAN PENUNJANG SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan). 1. Mammografi. Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah yang abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun. 2. USG payudara. USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan benjolan padat. 3. Termografi. Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara. ( Sumber: www.detak.org/a) H. PENATALAKSANAAN Operasi Breast-Conserving Therapy (BCT): Operasi pengangkatan kanker tanpa pengangkatan jaringan payudara yang sehat yang dilanjutkan tindakan radioterapi. o Lumpektomi : Operasi pengangkatan kanker disertai sedikit jaringan sehat sekitarnya dan KGB sekitar aksila yang terkena. o Mastektomi segmental : Operasi pengangkatan kanker disertai daerah sehat sekitarnya lebih luas dari lumpektomi terutama jaringan dibawah tumor dan KGB aksila yang terkena o Mastektomi: Operasi pengangkatan payudara o Total mastektomi: Operasi pengangkatan seluruh payudara dan sebagian KGB aksila o Radikal mastektomi modifikasi: Operasi pengangkatan seluruh payudara sebagian besar KGB aksila dan sebagian otot dada o Radikal mastektomi: Operasi pengangkatan seluruh payudara, seluruh KGB aksila dan seluruh otot dada (sudah tidak lazim dipakai) o Diseksi KGB aksila o Rekonsruksi payudara Radioterapi Menggunakan energi sinar untuk dapat mematikan sel kanker, baik secara langsung (radiasi eksternal) maupun penempatan material radioaktif secara langsung pada jaringan payudara (implan radiasi). Radioterapi kadang digunakan pasca operasi khususnya pasca BCT untuk mematikan sisa – sisa sel kanker yang tertinggal juga digunakan preoperasi secara tunggal atau kombinasi bersama kemoterapi untuk mengurangi massa tumor. Kemoterapi Kemoterapi menggunakan kombinasi obat untuk membunuh sel kanker, baik secara injeksi maupun oral. Terapi hormonal Terapi hormon digunakan pada sel kanker yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh adanya hormon tertentu, termasuk operasi pengangkatan ovarium yang memproduksi hormon pada wanita. Terapi biologi Bertujuan meningkatkan pertahanan tubuh alami untuk dapat melawan sel-sel kanker sebagai contoh (trastuzumab) suatu antibodi monoklonal dengan target sel kanker payudara dengan menghambat reseptor HER-2 suatu reseptor faktor pertumbuhan epidermal (Epidermal Growth Factor Receptor). PENATALAKSANAAN Pilihan terapi pasien dengan DCIS 1) BCT dan radioterapi dengan atau tanpa tamoxifen 2) Total mastektomi dengan atau tanpa tamoxifen Pilihan terapi pasien dengan LCIS 1) Observasi pasca diagnosis biopsi 2) Tamoxifen untuk menurunkan insiden kanker payudara 3) Total mastektomi profilaksis bilateral tanpa diseksi KGB Pilihan terapi kanker payudara stadium I,II dan IIIA Terapi primer Pengobatan lokal regional: o Mastektomi radikal o Breast-Conserving Therapy (lumpektomi, radiasi, dan operasi pengangkatan KGB yang terkena) o Radikal mastektomi modifikasi dengan atau tanpa rekonstruksi payudara. o Radioterapi ajuvan pasca mastektomi pada KGB aksila (+) ( Sumber: www.medicastore.com ) I. PENANGANANNYA 1. Berolah Raga Secara Teratur. Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya aktivitas, maka resiko kanker payudara akan berkurang. Berolah raga akan menurunkan kadar estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi resiko kanker payudara. 2. Kurangi Lemak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah lemak membantu mencegah kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa yang lebih penting adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang dikonsumsi. Jenis lemak yang memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam daging, mentega, makanan yang mengandung susu full-cream (whole-milk dairy foods) dan asam lemak dalam margarin, yang bisa meningkatkan kadar estrogen dalam darah. Sedangkan jenis lemak yang membantu mencegah kanker payudara adalah lemak tak-jenuh dalam minyak zaitun dan asam lemak Omega-3 dalam ikan Salmon dan ikan air dingin lainnya. 3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang. Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko kanker payudara. Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak senyawa ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam. 4. Konsumsi Buah dan Sayuran. Semakin banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin berkurang resiko untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari tumbuh-tumbuhan mengandung anti-oksidan yang tinggi, di antaranya vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab terjadinya kanker. National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi harus dihindari buah dan sayuran yang mengandung banyak lemak, seperti kentang goreng atau pai dengan krim pisang. 5. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan. Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran, tetapi suatu formula anti-oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker payudara. 6. Konsumsi Makanan Berserat. Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang. 7. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein. Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya 'Tamoksifen', senyawa ini mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara. Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh. 8. Konsumsi Kacang-Kacangan. Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-kacangan lainnya. 9. Hindari Alkohol. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah. 10. Kontrol Berat Badan Anda. Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun akan menambah resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan bertambahnya lemak tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker payudara dalam darahpun akan meningkat. 11. Hindari Xeno-Estrogens. Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh. Perempuan mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang berasal dari residu hormon estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu pesitisida estrogenik. Diduga xeno-estrogen bisa meningkatkan kadar estrogen darah sehingga menambah resiko kanker payudara. Cara terbaik untuk menghindari xeno-estrogen adalah dengan mengurangi konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan produk susu (whole-milk dairy product). 12. Berjemur di Bawah Sinar Matahari. Meningkatnya angka kejadian kanker kulit (Melanoma maligna) menjadikan takut akan sinar matahari. Tetapi sedikit sinar matahari dapat membantu mencegah kanker payudara, karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin D akan membantu jaringan payudara menyerap kalsium sehingga mengurangi resiko kanker payudara. Agar bisa memperoleh sinar matahari selama 20 menit/hari, dianjurkan untuk berjalan di bawah sinar matahari pada siang hari atau sore hari. Tetapi bila Anda ingin mendapatkan kalsium atau vitamin D tidak dari sinar matahari, Anda dapat mencoba mengkonsumsi makanan suplemen. 13. Jangan Merokok. 14. Berikan ASI Rutin Kepada Anak Anda. Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause. ( Sumber: www.medicastore.com ) J. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan berikut:  Biopsi (pengambilan contoh jaringan payudara untuk diperiksa dengan mikroskop)  Rontgen dada  Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi hati dan penyebaran kanker  Skening tulang (dilakukan jika tumornya besar atau ditemukan pembesaran kelenjar getah bening)  Mammografi  USG payudara. ( Sumber: www.medicastore.com )

LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSI

A. DEFINISI Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam 1 menit setelah lahir. (Mansjoer, Arif. 2007 : 502) Asfiksia Neonatorum Merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. (Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005 : 198) Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967). Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc, 1971) (Bagian Ilmu Kesehatan Anuk FK UI. 2007 : 1072). B. ETIOLOGI Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari : 1. Faktor Ibu Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan : (a) gangguan kontraksi uterus, misalnya hipoertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, (b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, (c) hipertensi pada penyakit eklampsia dan lain-lain. 2. Faktor Plasenta Penularan gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain. 3. Faktor Fetus Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat terlihat leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain. 4. Faktor Neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu : (a) pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, (b) trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial, (c) kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK, UI. 2007 : 1072-1073). Banyak faktor yang menyebabkannya diantaranya adanya penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti ipertensi, paru, gangguan kontraksi persalinan itu juga sangat penting dalam menentukan terjadi asfiksia atau tidak seperti pada partus lama atau partus dengan tindakan tertentu itu dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum. (Hidayat, A.Aziz Alimul. 2005 : 198-199). Biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan komplikasi, misalnya diabetes melitus, preeklamsia berat atau eklampsia eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan ( < 34 minggu), kelahiran lewat waktu, plasenta, previa, solusio plasentae, korioamnionitis, hidramnion dan oligohidramnion, gawat janin, serta pemberian obat anestesi atau narkotik sebelum kelahiran. (Mansjoer, Arif. 2007 : 502). C. KLASIFIKASI - Asfiksia ringan (Apgar skor 7-10) - Asfiksia sedang (Apgar skor 4-6) - Asfiksia berat (Apgar skor 0-3) (Hidayat, Aziz Alimul, 2005 : 200-201) D. TANDA DAN GEJALA Pengkajian yang didapatkan pada asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut adanya pernapasan yang cepat, pernapasan cuping hitung, sianosis, nadi cepat, reflek lemah, warna kulit biru atau pucat, penilaian apgar skor menunjukkan adanya sfiksia seperti asfiksia ringan (7-10), sedang (4-6) dan berat (0-3). (Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005 : 199) Distres pernapasan (apnu atau megap-megap), detak jantung < 100x/mnt, refleks/respons bayi lemah, tonus otot menurun, serta warna kulit biru atau pucat. (Mansjoer, Arif. 2007 : 502). E. PERUBAHAN PATOFISIOLOGIS DAN GAMBARAN KLINIS Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang komoreseptor pusat pernafasan agar terjadi ‘primary gasping’ yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur (James, 1958). Sifat asfiksia ini tida mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel atau tidak bergantung kepada berat dan lamanya asfiksia (Caddeyro-Barcia, 1986). Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik yang berupa glukolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik yang terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya (a) hilangnya sumber glukogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung, (b) terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan jantung, (c) pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian pula ke sistem sirkulasi tubuhlain akan mengalami ganggua. Asidosis dan gangguan kardiovaskular yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakaan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya. Tabel Skor Apgar Tanda 0 1 2 Jumlah Nilai Frekuensi jantung Tidak ada Kurang dari 100/menit Lebih dari 100/menit Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur Menangis kuat Tonus otot Lumpuh Ekstreimat fleksi sedikit Gerakan aktif Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan, ekstremitas biru Tubuh dan ekstremitas kemerahan Dalam menghadapi bayi dengan asfiksia berat, penilaian cara ini kadang-kadang membuang waktu dan dalam hal ini dianjurkan untuk menilai secara cepat (Pediatric’s Staff, Roy. Wom. Hosp. Aust, 1967). (1) menghitung frekuensi jantung dengan cara meraba xifistemum atau a. Umbilkalis dan menentukan apakah jumlahnya lebih atau kurang dari 100/menit (2) menilai tonus otot apakah baik/buruk, (3) melihat warna kulit Atas dasar pengalaman klinis diatas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam : 1. ‘Vigorous baby’. Skor Apgar -7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. ‘Mild-moderate asphyxia’ (asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6/. Pada pemerksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 3. (a) Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada. (b) Asfiksia berat dengan henti jantung. Dimaksudkan dengan henti jantung ialah keadaan (1) bunyi jantung fetus jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007 : 1073-1077) F. PENATALAKSANAAN Cara resusitasi Terbagi atas tindakan umum dan tindakan khusus. Tindakan Umum 1. Pengawasan suhu Bayi baru lahir secara relatif banyak kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh (Miller dan Oliver, 1966). Hal ini akan mempersulit keadaan bayi, apabila bayi menderita asfiksia berat. Pemakaian sinar lampu yang cukup kuat untuk pemanasan luar dapat dianjurkan dan pengeringan tubuh bayi perlu dikerjakan untuk mengurangi evaporasi. 2. Pembersihan jalan nafas Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion. Perlu diperhatikan pula saat ini bahwa letak kepala harus lebih rendah untuk memudahkan dan melancarkan keluarnya lendir. Bila terhadap lendir kental yang melekat di trakea dan sulit dikeluarkan dengan pengisapan biasa, dapat digunakan laringoskop neonatal sehingga pengisapan dapat dilakukan dengan melihat semak-simalnya, terutama pada bayi dengan kemungkinan infeksi. Pengisapan yang dilakukan dengan ceroboh akan menimbulkan penyakit seperti spasme laring, kolaps paru atau kerusakan sel mukosa jalan nafas. 3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan. Bayi yang tidak memperhatikan usaha bernafas 20 detik setelah lahir dianggap sedikit banyak telah menderita depresi pusat pernafasan (Hall, 1969). Pada sebagian besar bayi pengisapan lendir dan cairan amnionyang dilakukan melalui nasofaring akan segera menimbulkan rangsangan pernafasan. Pengaliran O2 yang cepat ke dalam mukosa hidung dapat dan faring. Bila tindakan ini tidak berhasil beberapa cara stimulasi lain perlu dikerjakan. Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telakap kaki bayi, menekan tendon Achilles atau memberikan suntikan vitamin K terhadap bayi tertentu. hindarilah pemukulan di daerah bokong atau punggung bayi untuk mencegah timbulnya perdarahan alat dalam (James dan Apgar, 1966). Bila tindakan tersebut tidak berhasil, cara lain pun tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini tindakan utama ialah memperbaiki ventilasi. Perlu dikemukakan bahwa melakukan kompresi dinding toraks untuk menimbulkan tekanan negatif dalam rongga dada tidak akan bermanfaat pada paru bayi yang belum berkembang. Tindakan ini mungkin akan menimbulkan kerusakan parunya sendiri atau perdarahan hati. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007 : 1077-1079). Asfiksia Ringan APGAR Skor (7-10) Cara mengatasinya adalah sebagai berikut : 1. Bayi dibungkus dengan kain hangat 2. Bersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir pada hidung kemudian mulut. 3. Bersihkan badan dan tali pusat 4. Lakukan obervasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan masukkan ke dalam inkubator. (Hidayat, A.Aziz Alimul, 2008 : 128) Tindakan Khusus Tindakan umum yang dibicarakan di atas dilakukan pada setiap bayi baru lahir. Bila tindakan ini tidak memperoleh hasil yang memuaskan, barulah dilakukan tindakan khusus. Cara yang dikerjakan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi rendahnya skor Apgar. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007 : 1079) Pada neonatus dengan asfiksia, resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa menunggu penghitungan skor Apgar. Langkah resusitasi mengikuti ABC. A, pertahankan jalan nafas bebas, jika perlu dengan intubasi endotrakeal, B, bangkitkan nafas spontan dengan stimulasi taktil atau tekanan positif menggunakan bag and mask atau lewat pipa endotrakeal; C. Pertahankan sirkulasi jika perlu dengan kompresi dada dan obat-obatannya. (Mansjoer, Arif. 2007 : 502) Asfiksia sedang (skor Apgar 4-6) Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks pernafasan. Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara ‘frog breathing’. Cara ini dikerjakan dengan meletakkan kateter O2 intranasal dan O2 dialirkan dengan aliran 1-2 1/menit. Secara ritmis dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut, disertai gerakan dagu keatas dan ke bawah dalam frekuensi 20 kali menit. Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernafasan spontan, usahakanlah mengikuti gerakan tersebut. Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak dicapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini segera dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung. Ventilasi ini dapat dikerjakan dengan 2 cara, yiatu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi kantong ke masker. Sebelum ventilasi dikerjakna, ke dalam mulut bayi dimasukkan ‘plastic pharyngeal airway’ yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan agar jalan nafas tetap berada dalam keadaan bebas. Pada ventilasi mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2 sebelum melakukan peniupan. Ventilasi dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit dan diperhatikan gerakan pernafasan spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot. Intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat. Bikarbonas natrikus dan glukosa dapat diberikan pada bayi, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperhatikan pernafasan teratur, walaupun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat. Cara dna dosis obat yang diberikan sesuai dengan cara yang dilakukan terhadap penderita asfiksia berat. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. 2007 : 109). Berikan bantuan nafas dengan osigen 100% melalui bag and mask selama 15-30 detik. Bila dalam waktu 30 detik denyut nadi masih dibawah 80x/mnt. Lakukan kompresi dada dengan dua jari pada 1/3 bawah sternum sebanyak 120x/mnt. Intubasi endotrakeal harus dilakukan oleh tenaga terlatih pada bayi yang tidak memberi respons terhadap bantuan nafas dengan bag and mask atau pada bayi dengan asfiksia berat. Tetapi medikamentosa diberikan bila denyut nadi masih dibawah 80x/mnt setelah 30 detik kombinasi bantuan nafas dan kompresi dada atau dalam keadaan asistol. Berikan adrenalin 1:10.000 dosis 0,1-0,3 ml/kgBB intravena/intratakeal, dapat diulangi tiap 3-5 menit. Pada respons yang buruk terhadap resusitasi, hipovolemia, hipotensi, dan riwayat perdarahan berkan 10 ml/kkBB cairan infus (NaCl 0,9%, Ringer laktat, atau darah). Jika hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan asidosis metabolik. Berikan natrium bikarbonat 2 mEq/kgBB perlahan-lahan. Natrium bikarbonat diberikan hanya setelah terjadi ventilasi yang efektif karena dapat meningkatkan CO2 darah sehingga timbul asidosis respiratorik. (Mansjoer, Arif. 2007 : 502-503). Asfiksia Sedang APGAR Skor (4-6) Cara mengatasinya adalah sebagai berikut : 1. Bersihkan jalan nafas 2. Berikan oksigen 2 liter per menit 3. Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila belum ada reaksi, bantu pernafasan dengan masker (ambubag) 4. Bila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis, berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. Dekstrosa 40% sebanyak 4 cc disuntikkan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan intrakranial meningkat. (Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008 : 128) Asfiksia Berat (skor Apgar 0-3) Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 dengan tekanan dan intermiten. Cara yang terbaik ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O. Hal ini untuk mencegah kemungkinan terjadinya inflasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur alveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara yang mengandu O2 tinggi ke dalam kateter secara mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa. Bila diragukan akan timbulnya infeksi, terhadap bayi yang mendapat tindakan ini dapat diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hampir selalu disertai asidosis yang membutuhkan koreksi segera, karena itu bikarbonas natrikus diberikan 2-4 mEq/kgbb (dibagian IKA FKUI,RSCM Jakarta digunakan larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan dosis 2-4 ml/kgbb. Kedua obat ini disuntikkan secara intravena dengan perlahan-lahan melalui vena umbilikalis. Perlu diperhatikan bahwa reaksi optimal obat-obatan ini akan tampak jelas apabila pertukaran gas (ventilasi) paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernafasan (gasping) biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernafasan atau frekuensi jantung, masase jantung eksternal harus segera dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini dilakukan dengan diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3, yaitu setiap 1 kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks. Bila tindakan ini dilakukan bersamaan mungkin akan terjadi komplikasi berupa pneumotoraks atau pneumomediastinum. Bila tindakan ini tidak memberikan hasil yang diharapkan, bayi harus dinilai kembali, yaitu karena hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam-basa yang belum dikoreksi dengan baik atau adanya kemungkinan gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas dan lain-lain. Asfiksia berat dengan disertai henti jantung. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan penderita asfiksia berat, hanya dalam hal ini disamping pemasangan pipa endotrakeal, segera pula dilakukan masase jantung ekternal. (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. UI. 2007. 1080) Asfiksia berat dapat mencetuskan syok kardiogenik. Pada keadaan ini berikan dopamin atau dobutamin per infus 5-20 ug/kgDB/menit setelah sebelumnya diberikan volume expander. Adrenalin 0,1 ug/kgBB/menit dapat diberikan pada bayi yang tidak responsif terhadap dopamin atau dobutamin. Bila terhadap riwayat pemberian analgesik narkotik pada ibu saat hamil, berikan Narcae (nalokson) 0,1 mg/kgBBsubuktan/ intramuskular/ intravena/ melalui pipa endotrakeal. (Mansjoer, Arif. 2007 : 503). Asfiksia Berat APGAR skor (0-3) Cara mengatasinya adalah sebagai berikut : 1. Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag. 2. Berikan oksigen 4-5 liter per menit. 3. Bila tidak berhasil, lakukan pemasangan FTT (endotracheal tube) 4. Bersihkan jalan nafas melalui ETT 5. Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5 sebanyak 6 cc. Selanjutnya berikan dekstrosa 40% sebanyak 4cc. (Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008 : 128-129) Tindakan lain dalam resusitasi 1. Pengisapan cairan lambung Tindakan ini dilakukan pada bayi tertentu, yaitu untuk menghindarkan adanya regurgitasi dan aspirasi. Sebaiknya pengisapan ini dilakukan pada bayi yang sebelumnya menderita gawat janin, prematuritas, bayi ibu penderita diabetes melitus dan pada bayi yang waktu persalinan dipengaruhi secara tidak langsung oleh obat. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari pengisapan cairan lambung ialah : (a) mengenal secara dini adanya atresia/stenosia esofagus, (b) bila ditemukan cairan lambung yang berlebihan (lebih dari 30ml), ingatlah kemungkinan akan obstruksi usus letak tinggi, (c) bila ditemukan jumlah sel darah putih yang tinggi pada sediaan langsung cairan lambung, bayi sudah hampir pasti telah kontak dengan infeksi cairan amnion (amnionitis). Pengisapan cairan lambung mungkin pula menimbulkan efek yang kurang baik, seperti bradikardia atau serangan apnu, spasme laring. Karena itu tindakan ini dikerjakan bila keadaan bayi telah mengijinkan. 2. Penggunaan obat Obat analeptik seperti koramin, lobelin, vandid dan lain-lain, sekarang sudah tidak dianjurkan lagi untuk digunakan, sedangkan pada penderita asfiksia berat, obat tersebut merupakan indikasi kontra. Beberapa obat narkotika dan analgetika yang diberikan pada ibu 2-4 jam sebelum bayi lahir, dapat menimbulkan depresi pernafasan pada bayi saat lahir. Obat tersebut misalnya morfin, heroin, petidin. Pada keadaan ini dianjurkan memberikan antidotumnya berupa nalorpin dengan dosis 0,2 mg/kgbb dan diberikan secara intravena atau intramuskulus dalam. 3. Profilaksis terhadap blenorea Tindakan ini harus tetap dilakukan dengan memberikan nitras argenti 1%. Setelah pemberian, mata dibilas dengan garam fisiologis untuk mengurangi bahaya iritasi. 4. Faktor aseptik dan antisetik Pada setiap tindakan yang dilakukan pada bayi baru lahir, harus selalu diperhatikan faktor aseptik dan antiseptik. Bila sterilitas tindakan diragukan, segera diberikan antibiotika profilaksis. 5. Berikan klinik menganjurkan cara lain dalam mengatasi bayi dengan asfiksia berat. Cara tersebut ialah : Hipotermia. Asfiksia berat dapat diatasi dengan hipotermia yang dalam, yaitu untuk mengurangi/membatasi kerusakan sel jaringan (terutama otak). Tindakan ini dianggap bermanfaat karena dapat mengurangi kebutuhan sel jaringana akan oksigen. Sikap ini belum banyak dianut, karena manfaatnya tidak pasti. Oksigen hiperbarik. Cara ini dianut oleh beberapa klinik di Inggris. Bayi diletakkan dalam ruangan tertutup yang berisi oksigen dengan tekanan atmosfir yang tinggi. Cara ini dianggap memperlihatkan hasil yang sama dengan ventilasi tekanan positif. Di samping itu beberapa sarjana menganggap bahwa tindakan ini tidak berfaedah. (James. 1966) (Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2007 : 1080-1081). G. KOMPLIKASI Edema otak, perdarahan otak, anuria atau oliguria, hiperbilirubinemia, enterokolitis nekronikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks. H. PROGNOSIS 1. Asfiksia ringan (Apgar skor 4-6) tergantung pada kecepatan penatalaksanaan. 2. Asfiksia berat dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama atau kelainan saraf, Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental. (Mansjoer, Arif. 2007 : 503) DAFTAR PUSTAKA - Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 2007, Buku Kuliah 3 IKA. Jakarta : Infomedika - Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika. - Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aeseulupius - Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika.