Sabtu, 05 Mei 2012

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN DENGAN HIDRAMNION

A. DEFINISI • Hidramnoin adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc ( YBP – Sarwono Prawirohardjo.2005 hal 358 ) • Polihidramnion / hidramnion adalah kondisi ketika jumlah cairan amnion berlebihan. ( Helen Varney .2006 hal 634 ) • Hidramnnoin adalah banyaknya air ketuban apabila melebihi 2000 cc ( FK Universitas Padjadjaran.2005 hal 39) • Hidramnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml dianggap berlebihan ( F. Gary Cunningham 2005 hal 909) • Hidramnion merupakan keadaan dimana jumlah air ketuban lebih banyak dari normal atau lebih dari dua liter. (www.stasiunbidan.blogspot.com) B. KLASIFIKASI HIDRAMNION 1. Hidramnion yang kronik. Penambahan air ketuban perlahan lahan, berangsur angsur. Ini bentuk yang paling umun / sering terjadi. Ibu yang bersangkutan mungkin mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan tanpa banya kmengalami rasa yang tidak nyaman. 2. Hidramnion yang akut. Penambahan air ketuban terjadi dalam beberapa hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada bulan ke 4 atau ke 5. Distensia abdomen dapat menyebabkan gangguan yang cukup serius dan mengancam. Dapat dengan cepat memperbesar uterus yang hipertonik sehingga ukurannya menjadi besar. Menyebabkan persalinan sebelum usia gestasi 28 minggu ( F. Gary Cunningham 2005 hal 913) C. ETIOLOGI Etiologi hidramnion belum jelas. Secara teori hidramnion bisa terjadi karena : 1. Produksi air ketuban bertambah Diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban dapat juga bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion. Misalnya : Air kencing janin / cairan otak pada anensefal 2. Pengaliran air ketuban terganggu Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk keperedaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak bisa menelan, seperti pada atresia esofagus, anensefal atau tumor tumor plasenta ( FK Universitas Padjadjaran.2005 hal 39) Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007 ) Hidramnion terjadi karena : 1. Produksi air yang berlebihan 2. Adanya kelainan pada janin yang menyebabkan cairan menumpuk, yaitu hidrosefalus,atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan kelainan kencing kongenital 3. Adanya sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.sehingga peningkatam volume air ketuban. 4. Adanya kehamilan kembar, karena adanya janin yang menghasilkan air seni 5. Adanya proses infeksi 6. Adanya hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan 7. Ibu hamil mengalami diabetes melitus yang tidak terkontrol 8. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus. (www.stasiunbidan.blogspot.com) D. FAKTOR PREDISPOSISI Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidramnion, antara lain : 1. Penyakit jantung 2. Nefritis 3. Edema umum ( anarsarka 4. Anomali kongenintal ( pada anak ) seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma bloking oesaphagus. Dalam hal ini terjadi karena : a. Tidak ada stimulasi dari anak dan spina b. Exscressive urinary secration c. Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus d. Transudasi pusat langsung dari cairan meningeal keamnion 5. Simpul tali pusat 6. Diabetes Melitus 7. Gemelli univulair 8. Mal nutrisi. 9. Penyakit kelenjar hipofisis 10. Pada hidramnion biasanya plasentanya lebih besar dan terasa lebih berat dari biasanya karena itu transudasi menjadi lebih banyak. (www.stasiunbidan.blogspot.com) 1. Kehamilan kembar (khususnya, pada kembar monozigot ) 2. Diabetes 3. Eritroblastosis 4. Malformasi janin (khususnya,pada saluran cerna. Misanya : fistula trakeoesofagus atau sistem saraf pusat misalnya: anensefali , meningomieloke) ( Helen Varney .2006 hal 634 ) Faktor yang mempengaruhi hidramnion : • Adanya kelainan pada bayi : - Anensefali - Spina bifida - Sumbatan saluran makanan bayi - Tumor dileher bayi • Adanya kelainan Plasenta - Adanya tumor pada plasenta • Adanya kehamilan kembar • Penyakit ibu - Diabetes - Kelainan jantung - Kelainan ginjal (www.blog-indonesia.com) E. TANDA DAN GEJALA Gejala hidramnoin terjadi semata mata karena faktor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar kepada organ organ seputarnya. • Uterus yang besar akan menekan diafragma sehingga ibu wanita merasa sesak. • Penekanan vena vena yang besar menyebabkan eodema terutama di tungkai, vulva dan abdomen. (YBP– Sarwono Prawirohardjo.2005 hal 358) • Regangan dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri • Palpasi anak sulit • Bunyi jantung sulit terdengar. ( FK Universitas Padjadjaran.2005 hal 40) • Pembesaran uterus, lingkar abdomen,dan tinggi fundus uterus jauh melebihi ukuran yang diperkirakan untuk usia kehamilan. • Dinding uterus tegang sehingga pada aukultasi bunyi detak jantung janin sulit atau tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit ditentukan • Adanya trill pada cairan uterus • Masalah – masalah mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea,Edema pada vulva dan ekstermitas bawah, nyeri tekan pada punggung, abdomen, dan paha, nyeri ulu hati,mual muntah. • Letak janin sering berubah. ( Helen Varney .2006 hal 634 ) F. DIAGNOSA • Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa • Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan dianosis • Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, bereringat dingin dan sesak • Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak, kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar • Jika akut si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sionasis, serta terlihat payah membawa kandungannya • Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut valva dan tungkai • Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya • Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan • Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali • Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin • Denyut jantung janin tidak terdengar (www.blog-indonesia.com) G. DIAGNOSA BANDING Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya, kemunginan: 1. Hidramnion 2. Gemelli 3. Asites 4. Kista ovarri 5. Kehamilan beserta tumor (www.blog-indonesia.com) H. PENATALAKSANAAN Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase: 1. Waktu hamil (di BKIA) - Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis - Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa : 1) Timbul his 2) Trauma pada janin 3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan 4) Infeksi serta syok bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan. 2. Waktu partus a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu b. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan c. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri. 3. Post partum a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup (www.blog-indonesia.com) I. KOMPLIKASI Polihidramnion dapat menimbulkan komplikasi tambahan berikut ini :  Persalinan pretern  Dispnea pada ibu dan sesak nafas  Malpresentasi janin  Prolap tali pusat  Abrupsio plasenta  Disfungsi uterus selama persalinan  Perdarahan pascapartum segera yang disebabkan atonia uteri akibat distensi berlebihan ( Helen Varney .2006 hal 634) J. PRAGNOSIS Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena  Kongenital anomali  Prematuritas  Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung  Eritroblastosis  Diabetes melitus  Solutio placenta jika ketuban pecah tiba-tiba Pada ibu 1. Atonia uteri 2. Perdarahan post partum 3. Retentio placenta 4. Syok 5. Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar (www.blog-indonesia.com) ASUHAN KEBIDANAN HIDRAMNION I. Pengkajian A. Data Subjektif 1. Identitas 2. Keluhan a. Mengalami dispnea / sesak nafas ada kasus ekstrim mungkin hanya dapat bernafas apabila dalam posisi tegak b. Sering terjadi oedema akibat penekanan vena besar oleh uterus yang sangat besar terutama di ekstrimitas bawah vulva dan dinding abdomen. (F. Gary Cunningham, 2005 Hal. 913). c. Regangan dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri d. Dapat terjadi digouna berat akibat obstruksi uteter oleh uterus yang sangat besar sehingga ibu merasa cemas. (Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2005, Hal. 40) 3. Riwayat Kehamilan Sering ditemukan pada kehamilan ganda / kembar. (YBP, Sarwono Prawirohardjo, 2005, Hal. 358). 4. Riwayat Penyakit Sering ditemukan pada beberapa penyakit ibu, seperti : DM, Preeklamsi, entroblastosis foetalis. (YBP, Sarwono Prawirohardjo, 2005, Hal. 358). B. Data Objektif 1. Pemeriksaan Umum 2. Pemeriksaan Khusus a. Inspeksi • Pada abdomen : kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat retak-retak, kulit jelas dan kadang umbilicus mendatar. • Jika akut ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa kandungannya. b. Palpasi • Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut, vulva dan tungkai. • TFU lebih tinggi dari usia kehamilan • Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan • Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali. • Karena bebasnya janin bergerak kepada tidak terdeteksi, maka dapat terjadi kesalahan letak janin. c. Aukultasi • DJJ tidak terdengar d. Pemeriksaan Dalam • Selaput ketuban teraba menonjol walaupun di luas his e. Pemeriksaan Lab f. Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen : • Untuk mendiagnosa dan untuk menentukan etiologi. Misalnya : Anensefal dan Ken. Ganda. • Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang janin tidak jelas. (www.stasiunbidan.blogspot.com) II. Interpretasi Data A. Diagnosa Hidramnion / Polihidramnion B. Masalah • Merasa sesak nafas dan hanya dapat bernafas pada posisi tegak. • Merasa nyeri perut • Merasa cemas (F. Gary, Cunningham, 2005, Hal. 913) C. Kebutuhan • Dukungan emosional • Konsultasi dengan dokter (Helen Varney, 2006, Hal. 934) D. Diagnosa Potensial • Persalinan preterm • Dispnea pada ibu dan sesak • Malpresentasi janin • Abrupsio plasenta • Prolaps tali pusat • Perdarahan pasca partum (Helen Varney, 2006, Hal. 934) E. Masalah Potensial • Perdarahan pervaginam setelah persalinan dan konsistensi rahim lunak (FK. Univ. Padjajaran, 2005, Hal. 172) III. Intervensi dan Rasional Intervensi Rasional 1. Lakukan observasi TTV 2. Berikan dukungan emosional 3. Tekan simptomatis 4. Lakukan fungsi tranvaginal 5. Lakukan pemeriksaan golongan dan tansfusi darah 6. Sediakan obat uterotonika 7. Pasanglah infuse 8. Berikan antibiotika 9. Konsultasikan dengan dokter 1. Melihat perkembangan keadaan pasien 2. Mengurangi rasa cemas pada pasien 3. Mengurangi inflamasi dan nyeri 4. Meredakan penderitaan ibu 5. Persiapan terjadinya perdarahan post partum 6. Persiapan terjadinya perdarahan post partum 7. Pertolongan perdarahan post partum 8. Mencegah terjadinya infeksi 9. Mendapatkan terapi sesuai penyakit IV. Implementasi 1. Melakukan observasi untuk melihat perkembangan keadaan pasien. 2. Memberikan dukungan fungsional ibu untuk mengurangi rasa cemas ibu (F. Gary, Cunningham, 2005, Hal. 934) 3. Terjadi simptomatis untuk mengurangi inflamasi dan nyeri 4. Melakukan fungsi tranvaginal untuk membedakan penderitaan ibu 5. Melakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah untuk persiapan jika terjadi pendarahan post partum. 6. Menyediakan obat uteronika untuk persiapan jika terjadi perdarahan post partum 7. Memasang infus untuk pertolongan jika perdarahan post partum. 8. Memberikan antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi 9. Konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi sesuai penyakit (www.stasiunbidan.blogspot.com) DAFTAR PUSTAKA - Cunningham, F. Gary, 2005, Obstetri William, Jakarta : EGC. - Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. - Sastrawina, Sulaiman, 2005, Ilmu Kebidanan Reproduksi : Obstetri Patologi : Jakarta : EGC. - Varney, Hellen. 2006. Asuhan Kebidanan Vol. 1. Jakarta : EGC. - www.stasiunbidang.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar